Perbedaan reksadana dan obligasi bisa dijadikan pertimbangan bagi kamu sebelum memulai investasi. Keduanya memang merupakan instrumen investasi yang cukup direkomendasikan, terutama bagi pemula.
Ternyata ada banyak perbedaan dari kedua instrumen ini, mulai dari modal yang dibutuhkan hingga risiko fluktuasinya.
Namun kamu tidak perlu khawatir karena keduanya merupakan instrumen investasi yang aman dan bisa cocok untuk pemula. Sebelum mulai investasi, yuk simak perbedaan reksadana dan obligasi berikut ini!
Perbedaan Reksadana dan Obligasi
Berikut adalah berbagai perbedaan dari kedua instrumen investasi ini yang bisa jadi bahan pertimbangan kamu:
1. Agen Penjual
Hal pertama yang membedakan keduanya adalah tempat di mana kamu bisa mendapatkan kedua instrumen investasi ini. Obligasi sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu obligasi korporasi dan obligasi pemerintah atau disebut juga SBN (Surat Berharga Negara).
Obligasi korporasi bisa dibeli langsung dari penerbit surat utang tersebut atau bisa juga melalui sekuritas yang sudah ditunjuk dan sudah diawasi OJK. Sedangkan untuk SBN, kamu bisa membelinya di mitra distribusi yang ditunjuk oleh Kementerian Republik Indonesia.
Berbeda lagi dengan reksadana yang bisa dibeli melalui Agen Penjual Reksa Dana (APERD). Saat ini sudah banyak agen penjual dengan basis digital sehingga kamu lebih mudah dalam membeli instrumen investasi ini.
Selain itu, sebenarnya saat ini sudah banyak platform di mana kamu bisa membeli reksadana dan obligasi sekaligus. Namun biasanya jenis obligasi yang dijual adalah SBN.
2. Minimal Modal Investasi
Perbedaan reksadana dan obligasi yang kedua adalah pada banyaknya modal yang harus kita keluarkan untuk mulai investasi.
Investasi reksadana umumnya bisa mulai dari Rp10 ribu saja. Namun untuk obligasi seperti SBN, ada minimal pembelian biasanya Rp1 juta.
Baca Juga: Cara Mengelola Gaji UMR Jakarta 2023 dan Cara Siasati untuk Investasi
3. Waktu Pembelian
Selanjutnya adalah tentang waktu pembelian. Obligasi hanya bisa dibeli pada periode tertentu ketika sedang dalam masa penawaran, sedangkan reksadana bisa kamu beli kapan saja asalkan sesuai dengan jam cut-off-nya.
Namun perlu diketahui bahwa obligasi ini juga bisa diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Ini juga disebut dengan pembelian atau penjualan obligasi di pasar sekunder.
Dari penjualan seperti ini, investor tidak hanya mendapatkan keuntungan dari kupon atau bunga obligasi, tapi juga dari hasil transaksi tersebut.
4. Besaran Pajak
Pengenaan Pajak Penghasilan atau PPh final untuk obligasi adalah sebesar 10%, sebagaimana seperti ditetapkan pada produk SBR011 yang ditawarkan oleh pemerintah Mei hingga Juni 2022 lalu. Angka ini menurun dari produk sebelumnya, yaitu SBR010 yang PPh-nya sebesar 15%.
Sedangkan reksadana merupakan produk investasi yang tidak dikenakan pajak dari hasil keuntungan investasinya.
5. Likuiditas
Berbeda dalam aturan pembelian, tentu berbeda juga dalam aturan penjualannya. Reksadana adalah aset yang sangat likuid dan bisa dicairkan kapan saja.
Kamu biasanya membutuhkan waktu kurang dari satu minggu untuk proses penjualan reksadana hingga cair.
Obligasi bisa dicairkan saat sudah jatuh tempo, sedangkan untuk obligasi di pasar sekunder sering kali pencariannya juga sulit dan memakan waktu lama.
6. Fluktuasi Harga
Fluktuasi harga tentu merupakan hal yang lumrah dalam instrumen investasi. Namun fluktuasi harga pada setiap produk investasi itu berbeda, termasuk pada reksadana dan obligasi karena faktor yang memengaruhi juga berbeda.
Faktor yang menentukan fluktuasi reksadana sendiri juga berbeda-beda untuk setiap jenis dan instrumen investasi di dalamnya.
Sedangkan untuk obligasi, faktor utama fluktuasinya adalah suku bunga. Namun tentu ada faktor lainnya juga seperti likuiditas, waktu jatuh tempo, dan rating-nya.
Baca Juga: Gaji 6 Juta di Jakarta? Ini Cara Kelola Gaji Biar Bisa Nabung
7. Risiko Investasi
Perbedaan reksadana dan obligasi yang terakhir adalah pada risikonya. Pada obligasi korporasi, kamu bisa menemukan risiko gagal bayar. Namun risiko ini sangat kecil terjadi jika kamu membeli obligasi pemerintah.
Investasi di reksadana cenderung lebih aman karena dana dikelola oleh Manajer Investasi yang dipastikan akan melakukan diversifikasi aset atau upaya pemilihan portofolio dengan imbal hasil yang berimbang.
Lebih Baik Pilih Reksadana atau Obligasi?
Semua jenis produk investasi tentunya baik untuk dipilih. Kamu hanya perlu menyesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan investasimu.
Reksadana sendiri juga ada yang berbentuk reksadana obligasi yang merupakan jenis reksadana yang alokasinya terbanyak pada obligasi.
Bila perlu kamu bisa berinvestasi di kedua instrumen ini. Tujuannya adalah tentu untuk membagi risiko. Sebelum melakukan transaksi, pastikan kamu mempelajari dengan baik jenis produk investasi yang akan kami beli, ya.
Dapatkan berbagai informasi dan tips seputar finansial dan investasi hanya di Moxa. Moxa adalah aplikasi keuangan terintegrasi yang siap mendukung kebutuhan finansialmu. Download aplikasi Moxa untuk memudahkan kamu menikmati berbagai fiturnya. Nikmati kemudahan untuk mengajukan kredit dan pinjaman, beli asuransi, dan berinvestasi hanya dengan satu aplikasi.